Sabtu, 20 Januari 2018

Sejarah Marga Nadeak

Edit Posted by with No comments
Simataraja mengasihi adiknya Deak Raja dengan setulus hati.
Ketika ayah Lango Raja, Saing Raja, dan Simataraja meninggal, ibu mereka Ompu Bungaria boru Manurung sedang hamil (Marnadeak siubeon), kedua abang Simataraja bersikeras agar warisan peninggalan Ompu Tuan Binur dapat dibagi secepatnya. Tetapi Simataraja menolak dengan pertimbangan bahwa ibu mereka masih hamil, mengandung calon adik mereka.
Bagaimana warisan dapat dibagi tiga, sebab kalau ternyata bayi yang akan lahir itu adalah laki-laki,
sesuai adat Batak, semuanya mempunyai hak yang sama.
Simataraja meminta kepada abang-abangnya agar pembagian warisan ditunda saja dulu, sampai ibu mereka melahirkan.
Permintaan Simataraja tidak disetujui oleh Lango Raja dan Saing Raja. Mereka tetap bersikeras agar pembagian dilakukan segera. Dengan perasaan sedih dan terpaksa Simataraja menyetujui keputusan kedua abangnya, dan dia berjanji bila bayi yang akan dilahirkan
ibunya adalah laki-laki, maka warisan yang menjadi haknya akan diberikan kepada adiknya itu.
Keputusanpun dilaksanakan, warisan dibagi tiga. Setelah tiba saatnya, ibu merekapun melahirkan seorang putera yang diberi nama Deak Raja, dan sesuai janjinya Simataraja memberikan warisan miliknya untuk adiknya yang sangat disayanginya karena dia tidak sempat mengenal ayah mereka. Kemudian hari Deak Raja menurunkan marga Nadeak.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.